Kasper Hjulmand Menyesal Denmark Lanjutkan Pertandingan Setelah Christian Eriksen Kolaps

Kasper Hjulmand Menyesal Denmark Lanjutkan Pertandingan Setelah Christian Eriksen Kolaps Kasper Hjulmand Menyesal Denmark Lanjutkan Pertandingan Setelah Christian Eriksen Kolaps

Pelatih Denmark Kasper Hjulmand mengakui kekhilafan timnya demi memulai kembali pertandingan Euro 2020 lawan Finlandia pada hari nan klop setelah Christian Eriksen kolaps.

Eriksen pingsan dekat babak esensial dekat pertandingan Grup B dekat Copenhagen, Sabtu (12/6), akan awalnya dimulai pukul 17:00 waktu setempat.

Pemain berusia 29 tahun itu akhirnya sadar kembali setelah menerima PCR antara lapangan sebelum dikirim ke rumah ngilu. Kondisinya segera dipastikan tetap sama berat.

Kedua tim memberikan lampu hijau meneladan melanjutkan pertandingan ala pukul 19:30 daripada menunggu tenggat pukul 12:00 ala Minggu (13/6).

Denmark kalakian kalah 1-0, bersama gol tunggal Finlandia dicetak lewat sundulan kepala Joel Pohjanpalo demi menit ke-59. Ini sama bersama penampilan esensial Finlandia di Kejuaraan Eropa.

Hjulmand menganggap kekalahan itu karena "kelelahan secara emosional" beserta sang pelatih mengmembukakan penyesalan atas keputusan kolektif mereka akan melanjutkan pertandingan kurang atas dua jam sesudah Eriksen kolaps.

"Saya pikir itu adalah keputusan yang alpa akan melangsungkan antara dua skenario," ujar Hjulmand dalam sebuah konferensi pers.

"Sangat sulit bagi para pemain. Mereka bahkan tidak mengetahui apakah mereka mungkin bisa kehilangan sahabat mereka."

"Saya memiliki perasaan bahwa kami seharusnya tidak bermain bersama alpa kalau pemain adapun memutuskan. Saya sangat bangga memakai cara dunia bereaksi terhadap insiden itu."

"Biasanya adalah tentang uang, tapi kemarin kita melihat apa itu sepakbola - kasing saya dang cinta."

Hjulmand lagi mengmenyingkapkan apa bahwa dikatakan Eriksen kepadanya ketika mereka berbicara mesegerai telepon selepas sang pemain dinyatakan dalam kondisi stabil di rumah ngilu.

Menurut Hjulmand, Eriksen memiliki secuil ingatan tentang insiden itu maka ia justru lebih khawatir tentang rekan-rekan satu tim maka keluarganya daripada kondisinya sendiri.

"Ia mengkhawatirkan kami lagi keluarga. Ia tidak banyak mengingat lagi lebih peduli tentang bagaimana perasaan tim. Itu menunjukkan kepribadiannya yang gendut," ujar Hjulmand lagi.

"Ia adalah pemain yang hebat, tapi terus bagaikan pribadi. Ia merasa ibarat bisa keluar dan bermain serta dia merasakan tertulus ketika kakinya akrab lewat bola. Senang melihat dia tersenyum."